Blog seputar pengetahuan dan hiburan

Wednesday, December 23, 2015

Sebuah Cerpen: Tragedi di Sekolah

Tragedi di Sekolah

Oleh: Adfi Muttaqin

Kevin adalah seorang siswa SMP yang sering dibully oleh teman-teman sekelasnya. Dia sering dihina, diejek, bahkan disiksa oleh teman-temannya. Kevin dikenal sebagai anak yang pendiam dan sering disebut sebagai anak yang paling bodoh karena dia selalu mendapatkan nilai yang paling jelek diantara teman-temannya. Karena hal itulah mengapa Kevin selalu diganggu oleh teman-temannya. Bahkan, sebagian guru pun tidak menyukai Kevin karena dia dianggap telah memalukan nama sekolah.

Pada suatu pagi, seluruh siswa sedang menghadapi sebuah ujian. Di kelasnya, Kevin duduk di bangku paling belakang. Ketika ujian berlangsung, Kevin sempat mengamati teman-temannya yang sedang sibuk mencari jawaban baik dengan melihat buku atau pun mencontek kepada teman sebelahnya. Kebetulan saat itu guru yang mengawas ujian sedang meninggalkan kelas sehingga para siswa berbondong-bondong untuk mencari jawaban sebelum pengawas kembali memasuki kelas.

Namun, lain halnya dengan Kevin. Dia sama sekali tidak memiliki niat untuk mencontek. Dia lebih memilih mengosongkan jawaban yang tidak mampu dia jawab daripada mengisinya dengan jawaban yang benar tapi bersifat kotor. Kevin tidak peduli walau akhirnya dia akan mendapatkan nilai jelek dan diejek sebagai orang bodoh. Dia memiliki prinsip bahwa lebih baik dipandang rendah oleh manusia daripada dipandang rendah oleh Tuhan.

Satu minggu setelah ujian itu selesai, siswa-siswa bergegas menyerbu mading sekolah untuk melihat hasil ujian mereka. Mereka berkerumun dan menujukan pandangan mereka ke arah kertas pengumuman hasil ujian yang tertempel di mading. Siswa-siwa itu senang dengan nilai memuaskan yang mereka dapatkan. Mereka lebih mementingkan hasil daripada proses. Dan seperti biasa, lagi-lagi hanya Kevin yang mendapat nilai rendah. Kevin yang saat itu sedang berjalan melewati kerumunan siswa itu pun tiba-tiba langsung dihujani oleh ejekan.

“Hei Kevin! Lagi-lagi bagus, alias jelek,” kata salah seorang siswa.
“Kevin! Lebih baik kamu tidak meneruskan sekolahmu, haha...” siswa lain menambahkan.
Berbagai hujatan menusuk telinga dan hati Kevin. Namun, Kevin menahan amarahnya dan mencoba untuk bersabar. Tanpa sepatah kata pun, Kevin kembali berjalan dan meninggalkan mereka. Kevin adalah orang yang benar-benar jarang bicara. Dia tidak pernah melakukan pembelaan ketika diejek oleh teman-temannya, dia hanya diam seolah tak mendengar apa pun.

Senin pagi, Kevin bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Seragam pun sudah dia kenakan dengan rapi dan lengkap karena setiap hari senin selalu diadakan upacara bendera sebelum memulai pelajaran. Sebelum Kevin meninggalkan kamarnya, dia berjalan menuju lemari bajunya dan membuka sebuah laci besar yang berada di bagian bawah lemari.

Saat laci itu dibuka, terdapat sebuah senapan mesin berukuran sedang tersimpan rapih dalam laci itu. Kevin lalu mengambil senapan mesin itu. Kevin memegang senapan mesin itu sambil menatap tajam ke arah senjata api tersebut. Tatapan matanya melambangkan sebuah kebencian. Mungkin Kevin hendak melakukan aksi balas dendam terhadap orang-orang yang telah menggoreskan luka yang dalam di lubuk hatinya. Kevin pun pegi ke sekolah dengan membawa benda berbahaya itu.

Di sekolah, upacara bendera baru akan dimulai. Kevin belum datang ke sekolah sampai akhirnya upacara bendera pun dimulai. Seluruh guru dan siswa berkumpul di lapangan sekolah. Beberapa menit setelah upacara dimulai, Kevin datang dengan spontan sambil menodongkan senapan mesinnya itu. Serentak, semua guru dan siswa pun terkejut dan panik sampai-sampai sebagian dari mereka menjerit ketakutan.

“Angkat tangan kalian! Jongkok dan menunduk sekarang juga!” bentak Kevin.
“Kevin, apa yang kamu lakukan?” kata salah seorang guru.

“Diam!” kata Kevin sambil menodongkan senjatanya ke arah guru itu. “Semuanya DIAM!! Jangan ada yang bersuara, atau kalian saya tembak mati!”

Kegaduhan pun termakan oleh kesunyian, suasana mendadak senyap. Seluruh siswa dan guru yang berada di lapangan berada dalam posisi jongkok dengan kedua tangan yang ditaruh di belakang kepala. Kevin pun berdiri di tengah lapangan, tepatnya disamping tiang bendera.

“Saya melakukan tidakan ini hanya sekedar untuk menyampaikan sesuatu yang penting yang perlu kaliah sadari,” kata Kevin dengan tegas. “Namun, saya pikir orang-orang seperti kalian tidak akan pernah mau mendengarkan apa yang saya katakan. Jadi, biarkan senjata ini yang berbicara untuk kalian.”
Dengan cepat, Kevin menembakan senjatanya itu ke arah para guru dan siswa yang ada di sekitarnya. Peluru-peluru berhamburan dan darah berlumuran. Ada beberapa orang yang berusaha melarikan diri, namun usahanya gagal karena peluru segera menghunus tubuh mereka secepat kilat. Pada akhirnya, semua orang yang berada di lapangan mati tergeletak di atas tanah dengan bermandikan darah. Hanya Kevin satu-satunya orang yang masih berdiri tegak di lapangan itu.

Sebuah Cerpen: Tragedi di Sekolah


Setelah semuanya mati, Kevin lalu melempar senapan mesinnya. Kemudian, dia mengeluarkan sebuah pisau yang disimpan dipinggangnnya. Kevin memegang pisau itu dan mengarahkan mata pisau ke lehernya, dia berencana untuk bunuh diri. Kevin mengumpulkan nyali terlebih dahulu sebelum dia mengakhiri hidupnya. Dia menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan. Setelah hati Kevin merasa cukup tenang, dengan segera dia pun menghunuskan mata pisau ke lehernya, dan pisau pun mendarat cukup dalam di lehernya. Kevin tergeletak tak berdaya.

Refleks, Kevin membuka matanya dan bangkit dari tempat tidurnya. Dia terbangun dari tidurnya dengan Keringat yang membasahi seluruh tubuhnya dan jantungnya berdegup kencang. Lagi-lagi mimpi buruk itu menghantui tidur Kevin. Kevin melihat jam dinding dan waktu sudah menunjukan pukul enam pagi. Kevin pun segera bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

Hari ini adalah hari senin, Kevin mengenakan seragamnya dengan rapih karena setiap hari senin, akan diadakan upacara bendera terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai. Dan seperti di dalam mimpinya, Kevin menghampiri lemari bajunya dan membuka laci yang ada di bawah lemari itu, lalu dia mengambil senapan mesin dari laci itu. Ternyata, mimpi Kevin itu bukan hanya sebuah mimpi yang tak bermakna, melainkan sebuah tindakan yang sudah Kevin rencanakan jauh-jauh hari. Kevin berencana untuk meneror sekolahnya dan dia ingin mengungkapkan beberapa hal yang benar-benar ingin dia katakan dihadapan seluruh semua siswa dan guru.

Seperti dalam mimpi Kevin, saat upacara dimulai, Kevin belum datang ke sekolah. Dia sengaja datang terlambat. Dan Kevin pun datang ketika upacara sudah berlangsung selama beberapa menit. Dia datang dengan menodongkan senapan mesinnya itu. Dan suasana pun sama seperti dalam mimpi Kevin. Seluruh siswa dan guru berada dalam posisi jongkok dan meletakan kedua tangan mereka di belakang kepala, kemudian Kevin menyuruh mereka untuk tidak bersuara sedikit pun.
“Dengarkan!! Saya melakukan tidakan ini hanya sekedar untuk menyampaikan sesuatu yang penting yang perlu kaliah sadari,” kata Kevin dengan tegas. Persis seperti dalam mimpinya, Kevin berdiri disamping tiang bendera.

“Pertama, untuk para siswa, mungkin sebagian dari kalian selalu membanggakan diri dengan sebuah nilai yang tinggi,” kata Kevin dengan nada suara yang tinggi. “Namun, nilai kalian itu didapatkan dengan cara yang kotor. kalian menjual kejujuran kalian hanya untuk sebuah bilangan yang dinamakan nilai. Apa kalian bangga dan puas dengan perbuatan kalian itu?”

Kejadian berikutnya benar-benar berbeda dengan apa yang ada dalam mimpi Kevin. Di dalam mimpinya, Kevin menembaki seluruh siswa dan guru sampai mati. Namun kenyataannya, dia malah mengatakan sebuah pernyataan yang benar-benar ingin dia ungkapkan dihadapan para siswa dan guru.
“Dan yang kedua, untuk beberapa siswa yang selalu membully saya. Jangan merasa bahwa diri kalian hebat dan kuat. Saya bisa saja balas dendam dengan membunuh kalian saat ini juga. Hanya saja, saya tahu balas dendam itu tidak baik. Sadarlah bahwa apa yang telah kalian perbuat akan dipertanggung jawabkan dan akan ada balasannya kelak. Dan juga, jangan pernah kalian merendahkan orang lain.”
Suasana masih hening. Tidak ada satu pun diantara para siswa dan guru yang berani untuk berbicara sepatah kata pun. Mungkin, mereka diam karena merenungkan dan mencerna apa yang telah dikatakan Kevin, dan bisa jadi juga mereka diam karena takut ditembak oleh sebuah senapan mesin yang berada di tangan Kevin.
“Dan yang terakhir, untuk para guru. Tolong, perhatikanlah murid-murid kalian. Kalian datang ke sekolah bukan sekedar untuk mengajar, melainkan untuk mendidik mereka juga, benar kan?”
Dan setelah Kevin berbicara panjang lebar dan mengatakan hal-hal yang ingin dia curahkan, Kevin pun meninggalkan lapangan dengan santai. Dia berjalan keluar meninggalkan lingkungan sekolah. Hati Kevin merasa lega karena dia telah mengungkapkan semua hal yang selama ini dia pendam.
Satu minggu sesudah kejadian itu, kegiatan belajar mengajar mulai efektif kembali di sekolah itu. Dan Kevin tidak pernah terlihat lagi di sekolah, dia menghilang. Tidak ada yang tahu pasti kemanakah Kevin pergi. Bahkan saat beberapa siswa pergi ke rumahnya, tidak ada siapa-siapa disana. Namun, Kevin meninggalkan sebuah perubahan yang besar bagi para murid dan guru di sekolah itu.

04/11/2015
Share:

0 comments:

Post a Comment

Komentar Terakhir

Powered by Blogger.

Blogger templates